Aku
telah satu jam bercermin, entahlah sebenarnya apa yang aku lakukan, aku hanya
senyum kearah cermin, merapikan pakaian seragamku, dan berulang kali menyisir
rambutku. Aku sudah siap pergi kesekolah.
Ketika
sampai disekolah, aku menuju kelas, ketika ku masuk ada seorang cowok yang
duduk di tempat dudukku sedang mengobrol dengan teman sekelasku Evin. Dan
ternyata cowok itu adalah Aldi, teman seangkatan denganku, dan dia adalah cowok
yang Aku suka.
“Eeeh
Win udah datang, gue nungguin lo”
“Ada
apa Di ?”
“Gue
mau menanyakan tentang konsep Mading sekolah.”
“Oh,
rajin banget. Mau nanyain yang mana?”
“Jadi
gini, tema yang akan kita bawain buat Mading itu di cancel.”
“Loh
kenapa?” Tanya aku, yang sambil berdiri sejak pertama datang kekelas.
“Coba
deh sini, duduk dulu” dia menarik lenganku, dan duduk berada disampingnya.
“Ngga
tahu gue juga, yang pasti Bu Nuni minta kita ganti tema.” Lanjut Aldi.
“Yaaah
padahal gue udah siapin semua, kita tinggal kerja.”
Aku
terkejut ketika kedua lengannya memegang pundakku, jantungku berdegup kencang,
seperti mau lepas dari organ tubuhku. Mungkin pada saat itu wajahku terlihat
merah padam, karena malu.
“Ya
udah kita bikin lagi aja, nanti kita cari bareng bahan-bahannya. Pokoknya gue
bantuin lo terus, sampai madding kita selesai.” Aldi tersenyum kepadaku.
“Oh
iya, jadi pulang sekolah lo bisa kan?”
“Iyaaa,
tapi gue ngga bawa netbook, lo bawa?”
“Iya
gue bawa kok” jawabku.
Bel
masuk pun berbunyi, anak-anak pada kembali ketempat duduknya.
“Eh
Aldi, pagi-pagi udah mampir kekelas orang aja, udah masuk tuh, gue mau duduk.”
Kata Virni, yang baru datang.
“Iya,
Oke deh Win, gue kekelas dulu ya, nanti istirahat gue kesini lagi.”
“Iya
Di.” Jawabku.
Ketika dia berjalan dekat pintu, dia berhenti
dan berbalik.
“Win”
“Iya
ada apa Di?” aku berdiri dari temapt dudukku.
“Ngga
jadi deh, ya udah gue kekelas yaaa” dia tersenyum kepadaku, dan aku membalas
senyumannya.
“Heh,
senyum-senyum sendiri aja” kata Virni, ketika dia merhatikanku dari tadi.
“Hehehe,
pagi ini indah banget.”
“Biasa
aja aaah, lebay lo”
Pelajaran
pertama dan kedua serasa lama sekali, aku tidak sabar untuk bertemu dengan
Aldi. Walaupun pertemuan ini hanya membahas mading sekolah, tapi aku senang
karena bisa bersama Aldi terus.
Akhirnya
istirahat juga, aku sudah menunggu Aldi kesini. Tetapi dia belum juga datang
kekelas.
“Mau
jajan ngga?” Tanya Virni.
“Males
ke kantin nih, nitip boleh ngga?”
“Mau
pesan apa?”
“Beli
roti sama air mineral aja”
“Oke”
Ketika
Virni berjalan menuju pintu, Aldi pun masuk membawa Air mineral dan 2 bungkus
roti.
“Ngga
usah Vir, gue udah beli buat Winndy” kata Aldi
“Oh
oke deh.”
Aldi
menghamipiri aku dan duduk disampingku, aku tersenyum kepadanya dan kembali
menatap netbookku, yang sedang membrowsing dari internet tentang artikel remaja
untuk madding nanti.
“Heh
makan dulu, nih gue udah beliin roti, ayo itu nanti aja.”
“Iya
sebentar ini nanggung”
“Ih
susah kalau dibilangin, bentar lagi masuk nih. Udah makan dulu nih rotinya”
Aldi menyodorkan roti didepan wajahku, aku mengambilnya lalu memakannya.
“Thanks yaaa... nih gue udah dapat
sebagian artikel buat madding nanti.”
“Iyaaaa,
nanti gue juga cari sebagian dirumah. Jadi kapan kita ngerjain madingnya?”
Tanya Aldi ketika dia merebut netbook nya dariku.
“Ihh
sini belum selesai”
“Habisin
dulu rotinya, biar sama gue aja.” Aku menggigit kembali rotinya, dengan gigitan
yang besar, sehingga penuh dimulutku.
“Kita
ngerjainnya be… uhuk uhuk” aku tersedak.
“Tuh
kan, dikit-dikit makannya jadi tersedakkan, nih minum…” Aldi menyodorkan air
mineral dan menepuk-nepuk punggungku.
“Iyaaa,
maaf”
Aku
mengabiskan roti dengan tiga kali gigitan, tanpa berbicara. Setelah selesai
makan aku meminum air mineral pemberian dari Aldi. Bel
“Yaaah,
masuk. Yaudah nanti kita lanjutin yaaa.”
“Iya
nih, ngeganggu aja yaa.”
“Hehehe,
yaudah pulang sekolah aku tunggu digerbang yaaa, byeee”
“Oke,
eh tunggu emang ada apa?” Aldi sudah menghilang dari kelasku.
Ketika
pulang sekolah aku menunggunya di gerbang sekolah bersama Virni. Aldi
menghampiriku dengan senyuman yang ramah.
“Sekarang
kita lanjutin bikin buat maddingnya yaaa”
“Dimana?”
“Dirumah
lo bisa?”
“Rumah
gue? Oh boleh kok.”
“Tunggu
yaaa, gue ngambil motor dulu.”
“iyaaa.”
“Eh
Vir ngga apa-apa kan kalau gue pulang sama Aldi?”
“Ngga
apa-apa kok, ya udah gue pulang duluan.”
Virni
meninggalkanku, dan tak lama Aldi datang dengan motor ninjanya.
“Ayo
naik” kata Aldi.
Setelah
sampai rumah, aku menyimpan tas dan berganti pakaian, Aldi berada diruang tamu,
untung saja hari ini ayah pulang malam, ibu sdan Denny sedang berada dirumah
nenek.
“Maaf
ya lama, minum dulu nih” aku menyodorkan segelas air dingin dan beberapa
cemilan di toples.
“Makasih
yaaa, kita langsung aja ngerjain ini.”
“Oke,
mari kita bekerja”
Tak
terasa sudah petang kami terlalu asik dengan tugas untuk membuat madding,
tiba-tiba Aldi menatapku lekat-lekat, membuat aku salah tingkah.
“Vin…”
“Iya
Di ada apa?”
“Gue
suka sama lo.”
“Hah,,,,
apa?” aku shock dengan perkataan
Aldi.
Apa
kah aku tidak salah dengar? Apakah yang diucapkan Aldi tadi nyata? kalimat yang
gue tunggu selama ini, akhirnya keluar juga dari mulut Aldi. Aku menunggu
pengulangan kalimat itu, hingga aku percaya bahwa itu benar-benar nyata.
“Eh,
maksud gueee…. Udah lupain aja.”
“Eh,
euh.. oh ya udah deh. Gue udah selesai nih, jadi besok tinggal di pasang dimadding”
aku kecewa, kenapa Aldi tidak mengulanggi perkataan tadi.
“Gue
juga, aduh ngga kerasa ya udah malam, oke deh gue pulang dulu yaaa”
“Oh
oke deh.”
“See
you tomorrow”
“Oke”
Aku
kembali teringat dengan perkataan Aldi, kenapa dia tidak meneruskan omongannya,
aku pasti terima dia jadi pacarku, kalau dia nembak. Setidaknya dia
mengungkapkannya, berarti aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku naik keranjang
tidur dan menarik selimutku, ketika aku mulai terlelap , ponselku berbunyi.
“Halloooo”
jawabku dengan nada malas.
“Haloo
Win,,, lo belum tidurkan?”
“Belum
kok belum, ada apa Di?” dengan gerakan refleks aku terduduk dan bersandar.
“Aku
mau nanya dong, kalau cewek suka sama bunga apa coklat?” Tanya Aldi.
“Maksudnya?”
Tanyaku balik.
“Emmm
maksudku, kalau lo di kasih bunga sama coklat lo milih apa?”
“Emmm
kalau gue, suka keduanya”
“Ohh,,,,
terus lo suka tipe cowok kaya gimana?”
“Hmmm
gue suka cowok yang romantis, emang ada apa nanya kaya gitu?” tanyaku.
“Ngga
apa-apa, yaudah deh, maaf ya ganggu malam-malam. Ya udah tidur sana, udah
malem, takutnya besok kesiangan. Oke bye”
“Oh
oke byeee.” Sambungan pun terputus, aku berpikir apakah Aldi akan menembakku?
Dengan membawa sebuket bunga dan coklat, aku berharap pikiran tadi ku
benar-benar terjadi esok hari.
Aku
bangun begitu awal, mandi begitu lama, dan merias diri untuk tampil sesempurna
mungkin, aku berharap akan ada kejadian yang tak pernah aku lupakan hari ini.
Aku
berangkat sekolah dengan hati yang berbunga-bunga, aku tidak sabar untuk
kejadian yang akan terjadi hari ini. aku mencari jawaban yang akan aku ucapkan
nanti ke Aldi “aku juga sayang sama kamu, aku mau jadi pacar kamu” kataku dalam
hati. Sesampai disekolah aku menunggu Aldi untuk datang kekelas.
“Pagi
Win” sapa Nuning.
“Pagi
Ning”
“Tumben
pagi banget, biasanya juga kesiangan”
“Namanya
juga manusia bisa berubah” aku mengelelkan lidahku ke Nuning.
“Oh
iya hari ini Evi ngga masuk, dia sakit, nih suratnya” Nuning menyodorkan surat.
“Sakit
apa?”
“Demam
tinggi gitu deh” jawab Nuning.
“Oh
oke, nanti aku tulis dibuku absen”
Aku masih menunggu Aldi datang
kekelas, tetapi dia belum juga datang. Sampai pulang sekolah aku tidak bertemu
dengan Aldi, apa mungkin dia ngga masuk sekolah hari ini, tetapi ketika aku
tanya ke teman sekelasnya dia masuk sekolah hari ini, ada apa ya dengan Aldi,
aku berpikiran positif, mungkin dia sedang ada ulangan sehingga dia tidak
sempat kekelas.
Dan setelah tiga hari berlalu, Aldi
tidak berkunjung lagi kekelasku, tidak pernah menghubungiku, pikiran ku mulai
kemana-mana, apakah ada perilaku aku yang salah kepada dia? Membuatku
kepikiran.
Pelajaran pertama hari ini pelajaran
Bahasa Indonesia.
“Hari
ini siapa yang ngga masuk?”
“Evi
bu” jawabku.
“Heh,
dia udah masuk kali, ngga lihat apa dibelakang lo ada Evi” kata Virni.
“Ya
maaf gue ngga tahu”
“Jangan
ngelamun aja dong Win” kata Evi.
“Ngga
ngelamun kok, cuman lagi ngga fokus aja” jawabku asal.
“Sama
aja kali” sewot Virni.
Bel berbunyi dua kali, tanda
istirahat pertama. Hari ini perasaanku sedang buruk, dan aku malas keluar dari
kelas. Aku menitip jajanan kepada virni.
“Win
ngga jajan?”
“Ngga
Vi, gue lagi males” jawabku.
“Nih
gue bawa bekal dari rumah. Mau ngga?”
“Ngga,
thanks gue lagi badmood nih. Rajin ya bawa makan.”
Aku
mendengarkan mp3 dari handphoneku, ketika aku melirik pintu Aldi masuk kekelas
membawa sebuket bunga dan dua batang coklat. Aku Shock dengan kedatangan Aldi. Dia tersenyum kepadaku, aku membalas
senyumannya.
“Aldi?”
Dia masuk kekelas dan diam didepan hadapanku,
Aku tersipu malu. Hari ini aku bahagia sekali, ternyata harapanku mulai
terwujud.
“teman-teman
perhatiannya sebentar, ada yang ingin gue omongin nih”
Anak-anak kembali ketempat duduk
mereka, mereka saling menatap karena kebingungan, Aldi menatapku dan tersenyum
lalu dia kembali menatap bunga dan coklatnya, dia sesekali menghembuskan nafas.
“Oke
guys, disini gue mau ngasih tahu tentang perasaan gue keseseorang yang sangat
special bagi gue, gue sayang sama dia.”
Anak-anak saling berbisik-bisik, ada
beberapa anak laki-laki yang mengejek pernyataanya Aldi. Sedangkan anak perempuan iri dengan perilaku Aldi yang
romatis.
“Bunga
dan coklat ini akan gue persembahkan untuk orang special itu, orang itu menarik
bagi gue. Gue sayang banget sama lo, Evin. Lo mau kan jadi pacar gue?”
Apa? Apa aku tidak salah dengar, dia
bilang Evin? Bukan Winndy?, apa dia salah menyebutkan nama?. Ngga mungkin,
ternyata bukan nama aku yang disebut, tetapi teman sekelas yang duduk
dibelakangku. Jadi senyum yang tadi Aldi berikan bukan buatku, tetapi buat
Evin, bunga dan coklat yang dibawakan Aldi bukan untuk ku tetapi untuk Evin.
Dan sekarang pertanyaan yang diberikan Aldi bukan untukku tetapi untuk Evin.
Sekarang aku baru sadar, sebenarnya
tempo lalu, ketika pagi-pagi Aldi datang kekelas bukan buat bertemu dengan ku
tetapi untuk bertemu Evin, Aldi main kerumahku karena Aldi pengen tahu rumah
Evin, Aldi tiga hari tidak mengunjungiku kekelas karena tidak ada Evin, dia
sakit. Dan aku baru ingat, ketika dia dirumah ku dia bilang dia suka sama ku
dia menyebut nama “Vin” bukan “Win”.
Jadi
selama ini aku terlalu banyak berharap, terlalu percaya diri bahwa perasaanku
juga tidak bertepuk sebelah tangan, dan semua ini salah. Aku serasa berada
diruangan yang gelap, aku pergi dari kelas ketika keluar pintu aku bertemu
Virni, aku memeluknya dan menangis.