Living The Dream: Mengejar Mimpi
Oleh Jenis
Jaya W, alumni SMAN 1 Purwakarta,
mahasiswa School of Business and Management, ITB angkatan 2013.
Sebelum
saya memulai untuk menulis di Mago Magazine dalam rubrik Living The Dream ini,
terlebih dahulu saya mengucapkan selamat untuk adik-adik SMANSA’14 Purwakarta
atas kelulusan UN dan SNMPTN-nya, semoga dengan kelulusan ini dapat
memotivasi kalian untuk terus mengejar mimpi dan cita-cita yang kalian impikan.
Saya
akan menceritakan pengalaman saya saat SMA hingga menjadi mahasiswa. Sejak kelas
10, PTN yang saya idam-idamkan yaitu UI dan mau ambil jurusan Hukum. Namun,
keinginan itu sirna begitu cepat ketika orangtua saya mengatakan “Jangan masuk jurusan hukum, karena hukum di
Indonesia ini sudah sangat sedikit yang benar, jika kamu masuk dengan
setengah-setengah maka kamu bisa rusak dan menjadi orang jahat sama seperti
koruptor yang sudah-sudah itu, yang hanya membodohi rakyat dan menghancurkan
harapan rakyat”. Memang tidak mudah menerima pernyataan itu, jurusan yang
sudah lama saya idam-idamkan pada akhirnya tidak disetujui oleh orang yang sangat
penting dalam hidup saya. Tetapi ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh
beliau dan hal itu tentunya sangat berpengaruh pada masa depan saya. Singkat
cerita, saya tidak lagi bercita-cita untuk menjadi ahli hukum, ketika kelas 11
saat sudah penjurusan, saya tertarik dengan akuntansi sehingga sempat berpikiran
untuk masuk Akuntansi UI. Namun, karena melihat peluang masuk akuntansi UI
sangat kecil, saya tidak jadi memilih. Kemudian saya sempat
juga ingin masuk akuntansi UGM, namun karena memperhatikan peminat dengan yang
diterima tahun sebelumnya, saya tidak jadi memilih karena peluang untuk
masuk ke sana sangat kecil. Hingga akhirnya saat kakak-kakak alumni Smansa dari
ITB masuk ke kelas 12 IPS 1 dan mensosialisasikan dua fakultas yang jurusan IPS boleh
masuk yaitu FSRD (Fakultas Seni Rupa dan
Design) dan SBM (School of Business
and Management), setelah itulah saya tertarik dengan ITB. Setelah selesai
sosialisasi dan kakak-kakak kelas pun keluar dari kelas 12 IPS 1, terlintaslah dalam pikiran saya ucapan kakak-kakak kelas tersebut, “Sudah banyak anak SMANSA yang mencoba untuk
masuk SBM, baik itu undangan maupun SBMPTN, tapi belum ada yang lolos” dan “SBM ITB itu ialah fakultas yang paling elit
di ITB”. Sejak saat itulah saya jadi ingin sekali untuk masuk ke SBM-ITB. Saat
itu teman-teman yang peringkat sekolahnya berada di atas saya tidak ada yang
memilih SBM-ITB, dengan kondisi seperti itu saya memberanikan diri untuk maju
tanpa peduli nanti hasilnya seperti apa, karena dari pengamatan saya pribadi,
saya mempunyai peluang untuk masuk ke SBM-ITB. Saat itu sistem SNMPTN boleh
memilih 4 jurusan yang berbeda dengan 2 PTN yang berbeda. Tetapi, atas
keberanian saya hanya memilih satu prodi saja di PTN pertama yaitu SBM
sedangkan pilihan jurusan kedua saya kosongkan. Kemudian di PTN pilihan kedua
saya pilih Universitas Brawijaya dengan prodi pilihan pertama Akuntansi dan
prodi pilihan kedua Ilmu Pemerintahan.
Alasan
saya memilih SBM-ITB pertama, karena (katanya) SBM-ITB itu fakultas
yang paling elit di mana pintunya terbuka sendiri. Kedua, karena saya termotivasi
untuk ada lulusan SMA dari Purwakarta khususnya SMANSA masuk ke SBM-ITB. Ketiga,
saya tertarik karena (katanya) di sana banyak sekali beasiswa untuk menunjang
perkuliahan mahasiswa yang membutuhkan, baik itu berupa biaya kuliah maupun
biaya non akademik di mana (katanya) bahwa dari dulu sampai sekarang ITB tidak
pernah mengeluarkan mahasiswanya karena soal biaya dan saya ingin membuktikan
hal itu. Keempat, karena ada versi yang mengatakan kalau ITB ialah PTN terbaik
se-Indonesia. Kelima, ingin menunjukkan kalau IPS bisa masuk PTN terbaik.
Jalur
yang saya tempuh untuk menjadi mahasiswa saat ini sebenarnya sangat mudah,
yaitu jalur Undangan alias SNMPTN. Mengapa saya mengatakan sangat mudah? Karena
jalur undanganlah satu-satunya jalur
masuk PTN yang tidak memerlukan test berat, dimana yang dibutuhkan ialah
perjuangan ketika menjalani masa-masa SMA dari kelas 10 sampai kelas 12 untuk
berusaha mendapatkan nilai akademik sebaik mungkin. Yang paling diingat dalam
jalur ini ialah keberuntungan yang sangat besar untuk mendapatkan satu kursi di
mana kita tidak hanya bersaing dengan satu sekolah ataupun satu kabupaten akan
tetapi dengan semua lulusan SMA dari seluruh Indonesia yang mempunyai prestasi
terbaik saat di SMA. Saya belum pernah mengikuti seleksi masuk PTN ataupun PTS
secara tertulis karena waktu itu dari kelas 10 hingga kelas kelas 12 tidak
pernah private di luar sekolah, sebab salah satu faktornya mungkin karena
kurang biaya untuk itu, tetapi di sisi lain saya memikirkan bahwa jika saya
sungguh-sungguh pada saat KBM di sekolah maka saya pasti bisa sama dengan anak
yang private di luar sekolah.
Sebenarnya
selama proses penerimaan mahasiswa baru saya tidak menemukan sesuatu yang
benar-benar membuat saya kesulitan. Yang ada yaitu rasa khawatir akan
kelengkapan data yang diminta saat pendaftaran ulang di SABUGA (Sasana Budaya
Ganesha), khawatir jika data saya tidak lengkap bisa saja saya kena diskualifikasi
atau mungkin paling fatal ialah dianggap gagal atau mengundurkan diri menjadi
mahasiswa baru. Kemudian saat itu saya sempat khawatir pada diri sendiri,
apakah saya mampu mengikuti perkuliahan di ITB dengan baik, apakah saya bisa
bertahan, apakah saya bisa mendapatkan teman, apakah saya bisa beradaptasi di
tempat baru yang jauh berbeda dengan sebelumnya dan mungkin saat itu pikiran
saya sedang kacau. Jadi, selama proses penerimaan baru, kesulitan yang saya
temui sebenarnya lebih banyak berasal dari dalam diri saya sendiri.
Saya berasal dari
keluarga yang sederhana dan saya termotivasi untuk terus mengejar cita-cita untuk membahagiakan orangtua dan saudara-saudara saya. Kesuksesan
memang tidak sepenuhnya ditentukan oleh diri sendiri sebab masih ada Tuhan yang
berhak menentukan kesuksesan setiap orang, akan tetapi paling tidak jika telah
berusaha maka setidaknya nantinya tidak membuat kita menyesal pada diri
sendiri. Motivasi utama saya bukan untuk menjadi orang kaya sejagad raya,
tetapi cukup sederhana yaitu supaya saya dapat bermanfaat bagi orang-orang yang
membutuhkan baik itu dari Indonesia maupun luar negeri. Saya ingin melalui
kehidupan saya, banyak orang yang tertolong. Saya berharap untuk bisa
berkontribusi bagi masyarakat, bangsa dan negara. Saya ingin mempunyai usaha
sendiri (menciptakan lapangan pekerjaan) dan itu bisa menyediakan lapangan
pekerjaan bagi orang-orang yang membutuhkan lapangan pekerjaan sehingga dapat
mengurangi jumlah pengangguran di tanah air tecinta kita ini.
Pada
tanggal 27 Mei 2013 tahun lalu ialah hari di mana pengumuman SNMPTN diumumkan. 27
Mei 2013 ialah hari yang berat bagi saya setelah pengumuman UN karena saking
penasaran dan tidak sabar untuk melihat hasilnya, saya tidak makan saharian, selera
makan hilang dan mungkin bisa dibilang galau tingkat provinsi. Saat itu,
pengumumannya sore hari dan di rumah tidak ada akses internet sehingga itu
tambah membuat saya bingung bagaimana caranya supaya bisa mengetahui kepastian
pengumuman saya diterima atau ditolak oleh PTN yang saya pilih. Karena tidak
ada internet di rumah sedangkan hari juga sudah malam, maka saya meminta
bantuan kepada seorang teman untuk membuka akun SNMPTN saya untuk dilihat diterima
atau tidak. Lalu saya memberi data yang dibutuhkan untuk membuka akun SNMPTN.
Hanya 5 menit setelah saya SMS data untuk membuka akun SNMPTN, teman saya
langsung balas SMS saya dengan isinya “Selamat
Jenis, kamu diterima di SBM-ITB”. Setelah membaca SMS itu, tanpa sadar saya
langsung melompat-lompat tidak jelas karena kegembiraan saya yang tidak bisa
diukur lagi dengan kata-kata, saya sungguh tidak menyangka akan hal yang luar
biasa telah terjadi dalam hidup saya. Sebab hal yang seperti kelihatan mustahil
untuk saya karena nilai saya juga tidak terlalu mendukung, tetapi ternyata
kemustahilan itu telah lenyap ketika SMS itu saya baca. Pokoknya saat pengumuman
itu saya sangat bahagia bisa lulus SNMPTN. Kemudian saat pertama kali datang ke
kampus ITB saya senang sekali karena di sini saya bertemu dengan orang-orang
yang luar biasa dari seluruh tanah air, apalagi ketika penyambutan mahasiswa
baru ada spanduk yang digantung di gerbang SABUGA dan gerbang ITB yang berisi
kalimat “Selamat datang putra-putri terbaik
bangsa”. Kalimat tersebut semakin membuat saya bangga dengan penyambutan
yang bisa dibilang spesial. Kepastian diterima di ITB berpuncak ketika lulus dari verifikasi daftar ulang dan
pada saat pengesahan mahasiswa baru oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Akhmaloka di
gedung SABUGA.
Suka
yang saya rasakan dalam perkuliahan ialah terwujud cita-cita untuk kuliah di
PTN terbaik. Dapat mengenal dan menjalin pertemanan dengan mahasiswa-mahasiswa
yang memiliki potensi di atas rata-rata dari berbagai daerah seluruh Indonesia
serta bisa saling berbagi satu sama lain dalam canda tawa. Menemukan
pengalaman-pengalaman baru, baik itu dalam pergaulan maupun dalam kegiatan
akademik yang tidak pernah saya dapatkan ketika masih SMA. Saya semakin mandiri
dalam mengurus diri sendiri tanpa harus diingatkan terus oleh orang tua atau
orang-orang terdekat saya. Bertemu dan diajar oleh dosen-dosen besar yang
mempunyai sejuta pengalaman, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam ilmu
kehidupan. Semakin mengerti arti penting seorang mahasiswa yaitu mempunyai
tanggung jawab besar terhadap bangsa dan negara yang seharusnya mahasiswalah
yang membawa negara ini lebih baik. Semakin mengerti arti penting sebuah
kejujuran dalam perkuliahan yang nantinya sangat berguna untuk masa depan
supaya setelah lulus tidak menjadi seorang koruptor. Menemukan
komunitas-komunitas baru yang dapat menunjang perkembangan diri saya.
Namun namanya kita hidup di
bumi, jika ada suka maka pasti ada duka. Hidup yang selalu mulus pasti rasanya
monoton, karena itu pasti ada rintangan dan masalah datang silih berganti untuk
menjadikan hari-hari kita lebih indah bukan? Menjadikan hari-hari kita lebih
bermakna dan lebih berkesan. Demikian pula dalam perkuliahan, ada saja masalah
yang tidak disangka-sangka menghampiri kita. Kesulitan yang saya temui dalam
perkuliahan lumayan banyak. Misalnya, karena seluruh mahasiswanya berasal dari
sekolah yang berprestasi maka secara otomatis tingkat persaingan di perkuliahan
pun sangat tinggi dan di situlah saya merasa tidak ada apa-apa dibanding dengan
mereka. Sebab ternyata sekalipun saya bisa dikatakan lebih baik di sekolah,
tetapi saya di sini belum ada apa-apanya dan hal tersebut membuat saya minder.
Lalu kebanyakan dari mahasiswa SBM ialah orang-orang kaya, sedangkan saya
hanyalah orang sederhana yang mau berjuang dengan bermodal beasiswa bidikmisi,
dan pasti walaupun dalam skala kecil saya tetap kadang-kadang minder dan kurang
percaya diri bergaul dengan mereka. Saya juga agak bermasalah tentang mengatur
waktu untuk perkuliahan sebab jadwalnya
sangat berbeda dengan jadwal ketika masih SMA, di perkuliahan kita sendirilah
yang harus bisa mengatur waktu dengan baik. Lalu, tentang sistemnya yang sangat
berbeda dengan sistem KBM di sekolah, jika di sekolah guru menjelaskan secara
detail dan siswa wajib mencatat atau siswa wajib masuk kelas, wajib
mendengarkan penjelasan guru, tetapi di kuliah
dosen hanya menjelaskan secara cepat dan untuk seterusnya mengerti atau
tidaknya, mencatat atau tidak, mendengarkan dengan baik atau tidak terserah
pada mahasiswanya sendiri sehingga nilai yang didapatkan mahasiswa sangat
objektif.
Kelebihan
yang dimiliki ITB tidak diragukan lagi, karena ITB telah menjadi salah satu
Institut terbaik bangsa. ITB telah meraih presetasi dari berbagai bidang secara
akademik maupun dalam non akademik. Saya bangga dengan ITB karena kesungguhan
ITB dalam mendidik mahasiswanya menjadi mahasiswa yang jujur dan disiplin.
Beberapa fakultas yang ada di ITB juga telah menjadi prodi yang berstandar
internasional, sehingga nama ITB tidak hanya populer dalam negeri tetapi juga
sampai di luar negeri. Buktinya setiap tahun pasti ada mahasiswa luar negeri
yang kuliah di ITB misalnya dari Australia, India, Korea dll. Di ITB juga
tersedia banyak sekali UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) penyalur bakat mahasiswa
di bidang nonakdemik maupun akademik, memiliki sarana olahraga yang memadai,
sarana perpustakaan yang nyaman dan canggih, labtek yang canggih dan berbagai
fasilitas lainnya yang sudah memenuhi standar internasional. Selain kelengkapan
fasilitasnya, di ITB juga banyak tersedia beasiswa yang dapat diambil oleh
mahasiswanya untuk menunjang biaya kuliah maupun biaya hidup, sehingga jika
sudah masuk kuliah maka tidak perlu lagi terlalu khawatir tentang biaya kuliah.
Benar yang pernah dikatakan kakak-kakak alumni SMANSA yang saat itu sosialisasi
ITB mengatakan bahwa dari dulu sampai sekarang ITB tidak pernah mengeluarkan
mahasiswanya karena masalah biaya. Tempatnya strategis dan nyaman karena
udaranya cukup sejuk, lulusan-lulusannya sangat kompetitif dalam kariernya
sehingga jika lulus dari ITB maka tidak perlu khawatir tidak mendapatkan
pekerjaan sebab malah sebaliknya banyak diantara para lulusannya yang
menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat luas.
Pesan
saya untuk SMANSA’14. Setelah kalian lulus UN seperti yang saya alami, saya
ingin mengatakan bahwa perjuangan kalian belum berakhir sampai di situ, baru
selangkah kalian menuntaskan sebuah proyek besar yang dibebankan di bahu kalian
untuk sampai ke titik kesuksesan sesuai cita-cita kalian masing-masing. Masih
banyak langkah yang harus kalian lalui, salah satunya ialah masuk PTN idaman
kalian. Saya tahu masuk PTN idaman tidak semudah membalikan telapak tangan,
akan tetapi butuh perjuangan yaitu kerja keras dalam belajar, doa, niat dan
komitmen. Untuk yang lulus SNMPTN, saya ucapkan selamat atas keberhasilan
kalian melewati selangkah untuk masuk ke awal perjuangan lagi di bangku kuliah
yang tentunya sangat berbeda dengan SMA. SNMPTN kita anggap sudah kalian
selesaikan dan masih ada kesempatan untuk bisa masuk PTN idaman kalian yaitu
dengan mengikuti SBMPTN. Untuk adik-adik yang tidak lulus SNMPTN, saya mengajak
kalian untuk tidak putus asa, tidak usah terbebani, saya mengajak kalian untuk
lebih semangat lagi dalam mengejar impian masuk PTN yang kalian idam-idamkan
selama ini. Jangan menyerah sampai di situ, tidak ada yang mustahil jika kalian
sudah berusaha dengan maksimal. Berusahalah selama kamu masih muda, anak muda
ialah masa-masa di mana seseorang semangatnya sedang berapi-api dan tunjukkan
pada dunia jika kamu mampu meraih mimpimu dengan semangat yang tinggi. Hadapi
segala tantangan, taklukan segala rintangan, maka engkau akan berhasil. Selamat
berjuang di kampus manapun kalian kuliah, ingat perjuangan belum berakhir dan
hidup tidaklah mudah. Untuk itu berhati-hatilah dan kejar mimpimu, buatlah
Indonesia bangga, sebab karyamu sedang dinanti-nantikan oleh berjuta-juta orang
di luar sana!
Akhir kata saya ucapkan
mohon maaf jika banyak kata ataupun kalimat yang kurang menyenangkan.
Terimakasih.
*Kak Jenis bisa dihubungi di
akun Twitternya @jenisjayawaruwu