Inilah aku Gita dengan seragam putih biru, yang akan
aku pakai untuk terakhir kalinya. Hari ini adalah hari terakhir MOS di SMA
Merdeka. Awalnya aku kaget saat melihat kakak OSIS yang membina kelasku selama
MOS ini, dia Vino. Vino adalah wakil ketua osis di sekolah ini dan dia hampir
sempurna bagi ku, pertama dia memiliki wajah yang sangat tampan, hidung mancung,
kulit sawo matang, matanya berwarna kecoklatan dan dia tinggi, dia juga sangat
pintar dan sering mengikuti olimpiade matematika. Dan sekarang dia adalah wakil
ketua osis di SMA MERDEKA, salah satu sekolah terfavorit di kota-ku. Kalian
pasti heran kenapa aku sangat mengenalnya, Vino adalah cinta pertamaku di SMP,awal
pertemuanku dengannya saat...
*flashback
on
Aku berlari terburu-buru dihari pertama masuk
sekolah, di SMP NUSA. Tidak sengaja aku menabrak seseorang sampai kertas yang
sedang dipegangnya berserakan dilantai “Ma-maa-maafkan aku, aku tidak sengaja,”ucapku
sambil mengumpulkan kertas yang berserak di lantai itu “Kalau jalan jangan terburu-buru”
jawabnya ketus. Aku mengadahkan kepala ku ke atas karena orang itu terlalu
tinggi bagiku “ampun mamah,dia tampan sekali.” batinku sambil senyum-senyum
sendiri “Heiii, kau kenapa?” tanyanya sambil melambaikan jarinya didepanku “Ah tidak,
maafkan aku kak” aku tersadar dari lamunanku dan aku memanggilnya “kak” karena
aku melihat bet yang dipakainya menunjukkan bahwa dia kelas 9. Kemudian aku
memberikan kertas-kertasnya dan dia berlalu begitu saja, ya sikapnya sangat
dingin, tapi ketampanannya mengalahkan sikap dinginnya itu. Saat pertemuan yang
tidak disengaja itu aku jadi sering bertemu dengnnya, misalnya saat aku sedang
mengantri membeli baso dia berdiri tepat disebelahku, saat upacara usai dia ada
di belakangku berjalan menaikki anak tangga, dan terus seperti itu, pernah dia
tertangkap basah olehku sedang tersenyum sambil memperhatikanku yang sedang
berolahraga. Aku tidak mengerti apakah aku yang terlalu percaya diri, atau
memang hobinya adalah memperhatikan orang-orang.
*flashback
off
Akhirnya MOS selesai, aku pulang ke rumah dan
bersiap mandi, makan malam, membereskan persiapan sekolahku untuk besok,dan tidur
pulas karna aku sangat lelah.
Kring kring kring.... suara alarm
membangunkanku dari tidur yang pulas ini dan jam menunjukkan pukul 05.30 WIB,
aku bergegas mandi lalu memakai seragam khas, aku cukup lama memandangi diriku
di depan cermin melihat baju seragam yang kupakai. Aku tersenyum puas, tidak
terasa aku sudah SMA dan akan melewati masa-masa yang paling menyenangkan,
seperti yang banyak orang. Aku menuruni anak tangga dan segera duduk di meja
makan, disana sudah ada mamah dan papah yang sedang menungguku untuk sarapan
bersama. Aku tersenyum pada kedua orangtuaku lalu memakan roti tawar dan
meminum susu lalu berpamitan, mencium tangan ke dua orangtuaku. Inilah
keseharianku, berangkat dan pulang ke sekolah naik bus, aku tidak ingin menjadi
anak manja aku bertekad aku harus madiri. Setelah menunggu beberapa saat di
terminal, akhirnya bus datang, aku segera menaiki bus itu dan duduk di tempat
yang ku anggap cukup nyaman. Saat duduk, aku mengerutkan dahiku, bagaimana
tidak Vino duduk disampingku sambil memakai earphone bahkan tidak ada reaksi
apapun saat aku duduk di sebelahnya. Ya ya dia selalu dingin dan tidak pernah
peduli dengan orang disekitarnya, aku hanya terdiam dan menatap kosong ke depan,
seketika “Ngapain naik bus?” suara agak berat itu keluar dari mulutnya “Memangnya
kenapa? Tidak boleh? Apa ini bus milik kakekmu? Atau ini milik keluargamu? Atau
...” belum selesai bicara dia membekap mulutku dengan tangan kanannya. Ya ampun
degup jantung ini tidak karuan, berdetak kencang seperti habis lari maraton
“Okey Git, tenangkan” batinku “Kamu ini ditanya malah balik bertanya, bahkan
aku cuman bertanya satu pertanyaan tapi kamu menimapalku dengan sederedet
pertanyaan.” Jawabnya panjang lebar sambil tertawa terbahak-bahak. Aku reflek
membekap mulutnya juga karna tawanya terlalu kencang sampai-sampai ibu hamil
yang duduk di samping kami melotot ,INI HOROR aku yakin pasti Vino bisa ditendang
dari bus ini oleh ibu hamil itu, ahhah tidak aku berlebihan.
Setelah adu mulut sekitar 20 menit kami berdua
sampai di sekolah, dia berjalan dibelakangku, gugup itu yang kurasakan dan
sedikit salah tingkah. “Apa kau sudah tau di kelas mana kamu ditempatkan?”
tanya Vino memecah keheningan antara kami “B-belum,”
jawabku gugup “Lihat daftar nama dimading.” “Aku tidak tau dimana mading” “Baiklah,
ayo aku antar” dia menarik tanganku membawaku ke kerumunan yang sedang berkumpul
risih mencari nama masing-masing. Vino bahkan tidak melepaskan genggamannya
padahal semua siwa-siswi memperhatikan ka mi berdua, dia malah menggeratkan
genggamannya “Baiklah aku rasa aku akan pingsan”batinku.
Gita Cellin Satian 10 IPA 2,tertera jelas namaku dimading,
aku juga mencari nama Andien sahabatku dan beruntungnya kami sekelas. Ohya Andien Cassandra adalah teman sebangku-ku dari kelas 1 SMP,
aku tidak pernah bosan sebangku dengannya. Andien pintar,baik,cantik dan sangat
pengertian. Sebagai sahabat sehingga jarang sekali aku bertengkar dengannya.
Vino
mengantarku menuju kelas, lalu pergi, dan aku hanya menatap punggungnya berlalu
hingga menghilang dan tak terlihat, rasanya pipiku sudah memerah seperti tomat
karna mabuk kepayang dibuatnya. Baiklah aku sudah duduk di barisan ke 2 bangku
ke 3 dan tebak aku duduk dengan siapa? Ya dengan Andien, karna aku sudah sangat
akrab dan dekat bahkan tidak bisa dipisahkan dengannya. Hari pertama sekolah,
KBM belum efektif kami hanya memperkenalkan diri dan membentuk struktur organisasi kelas. Ketua
kelas adalah Handy teman sekelasku saat SMP. Kudengar dia sangat menyukaiku
tapi aku pura-pura tidak tahu, karna aku rasa tidak enak mempunyai hubungan
dengan teman sekelas. Pertama canggung, kedua harus menjaga sikap, ketiga tidak
bebas, maka dari itu aku memutuskan jangan sampai aku berpacaran dengan teman
sekelas. Lanjut wakil ketua Arie, sekertaris aku dan Andien, bendahara lala dan
lulu si kembar di kelas 10 IPA 2 ini. *tettt... bel pulang sekolah.
Aku menggendong tas ransel berwarna hijau tosca ini
sambil menuruni anak tangga, melihat dinding sekolah yang terkena semburat
matahari senja dan lengangnya koridor disore hari. Aku berjalan sampai terminal
di depan sekolah untuk menunggu bus. Aku menemukan seorang lelaki yang sepertinya
menungguku sedari tadi “Lama sekali, darimana saja?” “Aku tadi sedang
mengumpulkan data siswa, apa yang kamu lakukan?” “Aku menunggumu” DAGDIG DUG,
DAP aku merasa terbang tinggi membumbung kelangit menjauhi permukaan tempat aku
berdiri. Aku tidak sadar bus sudah tiba dan dia langsung menarikku menaiki bus,
diperjalanan aku hanya diam dan mengontrol detak jantungku, meyakinkan diriku
untuk tetap tenang. Aku yakin pipi ini sudah memerah, “ayo turun”katanya dingin
sambil membuyarkan lamunanku, aku turun bersama Vino kemudian saat berjalan di
kompleks sesekali Vino melirikku dan tersenyum tipis, lama-lama aku bingung
dengan sikap dingin ditambah perhatiannya padaku, tunggu...perhatian? bagaimana
bisa aku berpikir ini sebuah perhatian? Oh tidak aku salah paham disini. Sesampai
rumah dan melambaikan tanganku padanya,
kemudian ia pergi berlalu begitu saja.
Semenjak itu Vino sering datang menjemput dan
mengantarku pulang, awalnya kami naik bus seperti biasa, namun Vino sudah
diperbolehkan oleh orangtuanya untuk membawa mobil. Dan saat ini kami berdua
berangkat sekolah dengan mobil yang dikendarai Vino. Orangtuaku menginjinkannya
karena mereka sudah mengenal Vino dengan dekat bahkan berteman baik dengan
orangtuanya. Jangan heran, aku menjadi gosip terheboh di sekolah, aku hanya
anak bawang yang baru muncul, aku tidak ingin tenar atau menjadi santapan gosip
siswa-siswi saat pagi buta. Apalagi banyak fans-fans Vino menatapku dengan sinis
saat aku melewati mereka *tettt..bel masuk beerbunyi. Semua siwa memasuki
kelasnya dan memulai pelajaran.
*tettt...bel
istirahat terdengar “Git, kantin nyok” ajak Andien padaku “Yuu, laper banget
nih gue” kataku sambil memegangi perutku yang sudah berteriak meminta makanan.
“Lu mau pesen apa Git?” tawar Andien “Tumben baik sahabat gue ini” godaku, “Emang
gue baik! Cepet mau pesan apaan? Biar gue yang ngantri” “Gue pesen nasi goreng
sama air mineral aja deh” “Oke.” Andien pergi mengantri dan seketika
*ping...surara bbm Andien, Andien meninggalkan ponsel tipis itu di mejanya, aku
yang penasaran langsung membuka notif dan ternyata... DAMN
Handy
Giorgino: “udah makan belum say?”
Hah? Handy sama Andien pacaran? Aku yang kaget dan
bertanya-tanya lalu membaca percakapan mereka di bbm dan benar ternyata Andien
dan Handy berpacaran. Terlihat dari chat mereka dengan emot lope-lope itu, aku
hanya menganga ditempat dan tersadar bahwa Andien sedang berjalan menuju
mejaku. “Kenapa muke lu di tekuk Gitu?” tanya Andien sambil menaruh pesanan
kami di meja “Gak apa-apa.” Jawabku singkat. Aku menghabiskan makanan dan
memikirkan banyak hal. “Kenapa Andien
tidak cerita kalau dia pacaran dengan Handy? Terus kenapa Handy masih sering
ngirim bunga, kado, coklat, puisi dan surat? Kalau dia pacaran sama Andien? Lho?kenapa
gue ribet sendiri ya?” aku membatin, sambil memukul jidatku dan menggelengkan
kepala. “Lu kenapa Git?” tanya Andien menyadarkanku, oh iya kami sudah dikelas
dan melanjutkan pelajaran matematika aku
bahkan tidak sadar. Astaga betapa konyolnya aku hanya karna memikirkan hal yang
tidak jelas itu.
Sepulang sekolah seperti biasa, aku bersama Vino,
dirumahnya. Aku memintanya untuk mengajariku matematika. Pikiranku terpaku oleh
obrolan online antara Andien dan Handy sampai-sampai aku tidak memerhatikan
guru. “Karena nilai mutlak itu selalu positif, jadi nilai mutlak yang baru kamu kerjain ini
tidak mempunyai penyelesaian jika ada bilangan negatifnya.” jelasnya panjang
lebar. Aku hanya mengangguk dan sebenarnya aku sudah mulai paham namun aku
ingin modus sedikit dengan cinta pertamaku, aku terus menatapnya yang sedang
mengerjakan pr-ku, catat dia mengerajakn PR-KU! “Kenapaa? Aku sangat tampan
sehingga kamu terus memandangiku?” tanyanya dengan senyum sarkatis “Ti-tidakk
kamu sama sekali tidak ganteng!” teriakku hampir membuat air kolam renang
rumahnya bergetar, yaampun ini berlebihan. Aku sedang membereskan bukuku dan
beranjak untuk pulang, tiba-tiba ibu Vino datang “Heyy Gita cantikk, sudah mau
pulang ya?” tanya tante Lisa “Iya nih tante, sudah selesai kok belajar bareng
kak Vino-nya,” jawabku sambil tersenyum manis “Manis banget senyumnya? Tapi
kalau depan aku gak ada tuh senyum kaya Gitu.” Sambar mulutnya dengan senyum
sarkatisnya “Kamu sih nyebelin,” kata tante Lisa “Bener tuh tante,” aku dan
tante lisa tertawa lepas. “Oh iya, Gita ada sepupu Vino tuh di ruang tamu, ayo
tante kenalin,” kata tante Lisa sambil menarik tanganku dan membawaku ke ruang
tamu, aku perhatikan Vino gugup dan sedikit salah tingkah bahkan dia sempat
menahanku ikut tante lisa. Namun apa boleh buat tante lisa tidak bisa ia lawan,
heran kenapa sikapnya berubah jadi aneh seperti
ini. Saat sampai diruang tamu aku seperti mengenali orang itu, iya
mukanya sangat familiar. Ternyata sepupu Vino itu HANDY. “Gitaa?”tanya Handy
“lho Dy udah kenal sama Gita?” tanya tante lisa “Iya tan, dia temen sekelas
aku” jelas Handy “Baguslah kalau begitu kalian bisa ngobrol disini, Vino kenapa
diam aja?” tanya tante lisa “A-aapa mah?”jawab
Vino kaget “Temenin Gita sama Handy ngobrol gih, mbok Iyem sebentar lagi
anter cemilan, mamah juga mau ke kamar dulu. Kalian baik-baik ya sayang.” Jelas
tante Lisa sambil mengelus rambutku.
HENING, itulah yang terja diruang tamu tidak ada
satupun yang membuka suara. “Bisa jelasin ke gue, kenapa lu sering ngasih bunga
ke gue padahal lu pacaran sama Andien?” tanyaku sontak membuat Handy dan Vino
kaget “Lu udah tau kalau gue sama Andien pacaran?” tanya Handy balik “Eumm,
jawab pertanyaan gue dy?” kataku “pertanyaan itu biar Vino yang jawab, gue
pulang duluan Git,Vin, salam buat tante dan om”jelas Handy lalu pergi. Hah? Kenapa
harus Vino yang menjelaskan?
semenjak kejadian tadi malam Vino hanya berkata “Nanti
aku jelasin saat acara kelulusan”. Hanya itu yang dia ucapkan, dan ya semenjak
saat itu aku tidak pernah berangkat atau pulang bareng dengan Vino bahkan saat
bertemu, Vino tidak pernah tersenyum kepadaku. “Andien, tuh kan Vino makin
nyuekin gue” gerutu-ku “sabar lah Git, satu minggu lagi kan acara kelulusan nah
disitu lu bisa puas-puasin ngobrol sama Vino.” Jelas Andien. Kita berdua sedang
dikantin, dan setelah kejadian waktu di rumah Vino , Andien meminta maaf padaku
karna tidak jujur dari awal. Dia menjelaskan panjang lebar, awalnya aku sempat
marah dan tidak mengacuhkannya selama beberapa hari, namun aku tidak tega
dengan sahabatku ini yang terus-terusan meminta maaf. Aku memaafkan Andien dan
hubungan persahabatan kami kembali seperti dulu.
Setiap kelas, ada 6 orang perwakilan yaitu ketua, wakil
ketua, sekertaris, dan bendahara untuk ikut datang meramaikan acara kelulusan
kelas 12. Aku memakai gaun putih panjang berlengan pendek dengan campuran warna
tosca serta ikat pinggang pita warna hitam mempercantik gaunku. Gaun ini sangat
pas ditubuhku dan aku menggunakan flatshoes, sedangkan rambut ku ikat kepang ke
samping. Saat aku sedang duduk di taman sekolah yang tidak terlalu ramai
dikunjungi orang-orang,,, “Kau cantik hari ini,” bisik suara yang sudah lama
tidak ku dengar tepat di telingaku. Aku hanya terdiam mematung, dan tanpa sadar
Vino sudah duduk di sampingku, “Hai Vin, terimakasih” jawabku setenang mungkin
“Aku akan menjawab pertanyaanmu 3 bulan yang lalu,” jelasnya. Akhirnya Vino
menjelaskan semuanya secara detail, bahwa sebenarnya Handy tidak pernah
menyukaiku. Handy hanya dimintai tolong oleh Vino untuk berpura-pura menyukaiku
dan mengirim beberapa hadiah kepadaku, yang tidak lain adalah hadiah pemeberian
Vino. “Jadi selama ini kamu pengagum rahasia aku?” tanyaku sambil menahan tawa
“Bisa dibilang seperti itu,” jawab Vino sambil ternsenyum manis. Sekedar
informasi saat Vino membeari penjelasan kepadaku dia juga menyatakan
perasaannya, aku juga menyatakan perasaan ku padanya. Setelah itu aku dan Vino
resmi pacaran, Vino lulus dan diterima di universitas terbaik di negara kami,
walaupun jarak memisahkan kami namun hubungan ini tetap seperti dulu dan kami
menaruh kepercayaan satu sama lain.
*Cerpen oleh: Natalia Agatha
*Cerpen oleh: Natalia Agatha